Nama:
Ratmin Husain
Nim : 633414006
Tugas:
Ekologi Perairan
Kelas
:MSP A
Fakultas:
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri gorontalo
FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS LINGKUNGAN
PERAIRAN
A.
Pengertia
Faktor Pembatas
Faktor pembatas merupakan
faktor-faktor alam yang berada pada atau melampaui titik minimum atau maksimum daya toleransi
suatu organisme, faktor pembatas dapat menurunkan tingkat jumlah dan
perkembangan suatu ekosistem. (Soeraatmadja, 1987).
Faktor-faktor pembatas
yang cukup penting pada air tawar yaitu antara lain:
- Suhu.
Air mempunyai beberapa sifat unik
yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu
sampai tingkat minimal, sehina perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan
perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara. Sifat yang terpenting
adalah :
1.
Panas jenis yang tinggi, relatif sejumlah besar panas
dinutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 10 C lebih tinggi (antara 15-160)
hanya amonia dan beberapa senyawa lain mempunyai nilai lebih dari satu.
2.
Panas fusi yang tinggi. 80 kalori dibutuh kan untuk
mengubah 1 gram es menjadi air tanpa mengubah suhunya (dan sebaliknya).
3.
Panas evaporasi yang tingi. 536 kalori diserap sewaktu
evaporasi yang dapat dikatakan berlangsun terus menerus dari permukaan vegetasi
, air dan es, sebagian besar sinar matahari digunakan untuk evaporasi air dari
ekosistem didunia, dan alur energi ini mengubah iklim dan memungkinkan
perkembangan kehidupan dalam semua keanekaragaman yang menakjubkan.
4.
Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40
C ; diatas dan dibawah titik tersebut air akan berkembang dan menjadi lebih
ringan. Sifat unik ini menyebabkan aira danau tidak membeku seluruhnya pada
musim dingin.
Suhu air paling baik dan efisien
diukur menggunakan sensor elektronis seperti termistor. Pembacaan dan
pencatatan langsung dari termistor memudahkan para pemula untuk mengambil profil
suhu dari habitat akuatik.
- Kejernihan
Penetrasi cahaya seringkali
dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana
habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan
oleh lumpur dan partikel yangdapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor
pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran
kekeruhan merupakan indikasi produktivitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat
yang amat sederhana yang disebut cakram secchi (dinamakan menurut penemuannya,
A.Secchi, seorang Itali yang memperkenalkannya pada tahun 1865) berupa cakram
putih dengan garis tengah kira-kira 20 cm dan dimasukkan kedalam air sampai
tidak terlihat dari permukaan. Kedalaman itu disebut kejernihan cakram secchi,
yang dapat mencapai 40 m pada air yang amat keruh dan berkisar antara beberapa
cm pada air yang amat jernih, tidak produktif didanau yang tinggi letaknya
seperti Danau Crater di Taman Nasional Crater Lake, Oregon. Danau-danau di
Wiesconsin yang telah dipelajari dengan intensif menggunakan cakram secchi
sampai kedalaman dimana penetrasi cahaya kira-kira 5% dari radiasi yang
mencapai permukaan. Sementara fotosintesa masih terjadi pada intensitas rendah,
tingkatan 5% menandai batas bawah kebanyakan zona fotosintesa. Walaupun elas
bahwa alat-alat sintesa modern akan memberikan data yang akurat tentang
penetrasi cahaya, cakram secchi masih dianggap alat yang berguna oleh ahli
limnologi yangseringkali mengunakan teknik ini untuk mengatur tingkat
fertilisasi untuk menghasilkan pertumbuhan fitoplankton yang baik tapi tidak
terlalu tinggi.
- Arus
Air cukup “padat”, maka arah arus
amat penting sebagai faktor pembatas, terutama pada aliran air. Disamping itu,
arus air sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan
organisme kecil.
- Konsentrasi gas pernapasan
Berbeda dengan lingkungan laut
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida sering kali terbatas pada lingkungan
air tawar. Pada ”zaman polusi” ini konsentrasi oksigen terlarut dan kebutuhan
oksigen biologis sering kali diukur dan merupakan faktor fisik yang paling
intensif dipelajari. Sebagai suatu gambaran dari ”kantong oksigen” yang
disebabkan polusi dan konsekuensinya dalam hal biota biasanya berlaku
berlawanan, ahli ekologi tentang populasi makin lama makin memperhatikan
penyuburan dibandingkan dengan pengaruh yang membatasi dari karbon dioksida
dalam air tawar.
- Konsentrasi garam biogenik
Nitrat dan pospat sampai batas
tertentu tampaknya terbatas jumlahnya hampir pada semua ekosistem air awar.
Dalam air danau dan aliran air dengan kesadahan rendah, kalsium dan garam-garam
lain uga tampaknya terbatas. Kecuali pada beberapa mata air mineral, bahkan
pada air dengan kesadahan tertinggi hanya mempunyai kadar garam atau salinitas
kurang dari 0,5%, dibandingkan dengan 30-37% dalam air laut.
Dua ciri lain dari air tawar dapat
mempengaruhi umlah dan distribusi dari jenis yan ada (atau kekayaan kualitas
biota). Karena habitat air tawar seringkali terisolasi satu dari yang lain oleh
daratan dan lautan, organisme dengan penyebaran rendah melewati halangan ini
mungkin telah gagal untuk mapan ditempat-tempatyang tidak sesuai. Ikan terutama
menadi subek dari pembatasan ini ; aliran air, misalnya walaupun hanya beberapa
kilometer jaraknya didaratan tetapi karena terisolasi oleh air, mungkin
daerahnya (niche) ditempati oleh jenis yang berbeda. Sebaliknya, kebanyakan
organisme kecil seperti panggang, udang, protozoa dan bakteri mempunyai
kemampuan penyebaran yang tinggi. Maka seseorang mungkin akan menemukan Daphnia
dalam kolam di Amerika Serikat dan di Inggris. Buku pegangan untuk invertebrata
air tawar yang ditulis untuk pulau-pulau di Inggris, misalnya dapat digunakan
di Amerika Serikat paling tidak sampai tingkat family atau genus, tanaman
rendah dan invertebrata air tawar menunjukkan tingkat kosmopolitan yang tinggi.
Oranisme air tawar mempunyai
persoalan tertentu untuk dipecahkan dalam hubungan dengan pengaturan tekanan
osmose ( osmoregulasi ). Karena konsentrasi garam dalam cairan tubuh atau sel
lebih besar daripada lingkungan air tawar ( yaitu disebut cairan hipertonik ),
maka air cenderung masuk ke dalam tubuh secara osmosis bila selaputnya (
membran ) dapat ditembus air ( permeabel ), atau kadar aram akan menjadi tinggi
bila membran relatif tidak permeabel. Binatang air tawar, seperti protozoa
dengan selaput sel yang tipis dan ikan dengan insangnya harus mempunyai cara
efisien untuk mengeluarkan air ( terlaksana dengan vakuola kontraktil pada
protozoa dan ginjal pada ikan) atau badannya akan membesar dan meletus.
Kesukaran dalam osmoregulasi dapat diterangkan ,paling tidak sebagian, mengapa
sejumlah besar hewan laut dari seluruh Phyllum, kenyataanya belum pernah
berhasil memasuki lingkungan air tawar. Sebaliknya ikan bertulang ( juga burung
laut dan mamalia ) yang cairan tubuhnya berkadar garam lebih rendah dari air
laut ( yaitu hipotonik ) berhasil masuk kembali ke laut dengan merubah
osmoregulasi metabolis secara perlahan-lahan yang meliputi pembuangan garam dan
penanganan air.
B. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Keberadaan Ekosistem Terumbu
Karang
Ada dua faktor utama
yang mempengaruhi kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang, yakni faktor
alam dan faktor buatan seperti kegiatan manusia.
Faktor Alam :
1. Cahaya matahari
Cahaya adalah salah satu faktor yang paling penting
yang membatasi terumbu karang, karena cahaya diperlukan bagi proses
fotosintesis. Kedalaman panetrasi sinar mempengaruhi kedalaman pertumbuhan
karang. Intensitas dan kualitas cahaya yang dapat menembus air laut sangat
penting dalam menentukan sebaran vertikal karang batu yang mengandungnya.
Semakin dalam laut, semakin kurang intensitas cahaya yang didapat atau dicapai
yang berarti semakin kecil produksi oksigen. Kedalaman laut maksimum untuk
karang batu pembentuk terumbu karang adalah 45 meter. Lebih dari itu cahaya
terlalu lemah untuk zooxanthella yang merupakan alga mikroskopik bersel tunggal
dalam menghasilkan oksigen yang cukup bagi karang batu (Wells, 1956).
2. Kejernihan air
Karang batu hidup di bawah permukaan
air sehingga untuk hidupnya memerlukan air laut yang bersih dari kotoran –
kotoran. Hal tersebut untuk menghindari benda – benda yang terdapat di dalam
air dapat menghalangi masuknya cahaya matahari yang diperlukan untuk hidup
zooxanthella. Selain itu, endapan lumpur atau pasir yang terkandung di dalam
air yang diendapkan oleh arus dapat mengakibatkan kematian pada terumbu karang
(Karliansyah, 1988).
3. Kedalaman
Karang batu hidup subur pada
kedalaman tidak lebih dari 40 meter (Molengraaff, 1929). Menurut Wells (1956)
pertumbuhan paling subur berada di kedalaman kurang lebih 20 meter.
4. Suhu perairan
Suhu terendah dimana karang batu dapat hidup, yaitu
15oC, tetapi kebanyakan ditemukan pada suhu air diatas 18oC dan tumbuh sangat
baik antara 25oC – 29oC. Suhu maksimum dimana terumbu karang masih hidup adalah
36oC. Menurut Kuenen ( Sukarno, 1982), suhu terbaik untuk pertumbuhan karang
batu adalah 25oC – 31oC dan masih dapat hidup pada suhu 15oC, tetapi
perkembangangbiakan, metabolism, dan pengapuran akan terganggu.
5. Salinitas
Salinitas Tingkat optimum salinitas
untuk komunitas karang kira-kira 35 ppt, tetapi karang dapat bertahan hidup di
atas kisaran salinitas antara 25 sampai 42 ppt, sebaliknya salinitas dengan
konsentrasi yang tetap di bawah 20 ppt untuk waktu lebih dari 24 jam
menyebabkan kematian pada koral dan sebagian besar fauna karang yang lain,
sehingga kejadian kematian lebih cepat dapat terjadi pada tingkat salinitas
yang terendah (Smith dan Buddemeier, 1992).
6. pH (Derajat Keasaman)
Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(KLH) (1988) dalamEdward (1996) menetapkan bahwa nilai kisaran ambang
batas pH (derajat keasaman) yang baik bagi kehidupan biota laut berkisar
diantara 6-9. Derajat keasaman (pH) adalah jumlah ion hidrogen dalam suatu
larutan merupakan suatu tolak ukur keasaman. Biota–biota laut memiliki kisaran
untuk hidup pada nilai pH tertentu (Nybakken, 1992).
Menurut Nontji (1993), air laut
memiliki nilai pH yang relatif stabil dan biasanya berkisar antara 7.5 – 8,4. Perubahan
pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak,
telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak
langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya
penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN
sampai 1000 kali (Dinar, 2009).
Faktor Buatan :
7. Aktivitas Manusia Yang Ada di sekitar
Ekosistem Terumbu Karang
Luas terumbu karang di Indonesia
diperkirakan sekitar 50.000 km 2 dan mempunyai kaenekaragaman jenis dan
produktivitas primer yang tinggi. Namun dibalik potensi tersebut, aktivitas
manusia dalam rangka pemanfaatan potensi sumberdaya alam didaerah pantai, baik
secara langsung maupun tidak langsung sering merusak terumbu karang. Menurut
Suprihayono (2000) beberapa aktivitas pemanfaatan terumbu karang yaitu :
a) Perikanan terumbu karang
Masalah perikanan merupakan bagian
dari ekosistem bahkan keanekaragaman karang dapat mencerminkan keanekaragaman
jenis ikan. Semakin beragam jenis terumbu karang akan semakin beraneka ragam
pula jenis ikan yang hidup di ekosistem tersebut. Oleh karena itu masalah
perikanan tidak bisa diabaikan pada pengelolaan ekosistem terumbu karang.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk saaat ini maka jumlah aktivitas penangkapan
ikan di ekosistem terumbu karang juga meningkat. Apabila hal ini dilakukan
secara intensif, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya penurunan stock ikan
di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan memakan waktu lama untuk bisa
pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus didasarkan pada pengetahuan
biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yang tepat dapat
ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak ditekankan
pada pengambilan karang atau aktivitas manusia seperti pengeboman ikan karang,
dan yang lainnnya secara tidak langsung dapat merusak karang.
b) Aktivitas Pariwisata Bahari
Untuk menjaga kelestarian potensi
sumberdaya hayati daerah-daerah wisata bahari, maka di Indonesia telah dibentuk
suatu kerja sama pengembangan kepariwisataan (Tourism Development Coorporation)
yang modalnya berasal dari dari para investor lokal, pemerintah lokal dan
regional dan masyarakat Badan kerjasama pariwisata dapat dijumpai di Nusa Dua
Bali dan Manado. Adapun tugas badan ini diantaranya adalah :
·
Menjaga daya tarik masyarakat terhadap pengembangan
pariwisata .
·
Membantu pengusaha menempati kebijaksanaan– pemerintah
·
Pengadaaan dana pinjaman untuk pembangunan infra
struktur.
·
Pemanfaatan taman laut untuk tujuan wisata pada
umumnya diperoleh melalui agen-agen pariwisata dan scuba
diving .Namun kedua agen atau arganisasi tersebut lebih mementingkan
profit daripada harapan konservasi yaitu pelestarian sumberdaya alam laut.
Sebagai akibatnya aktivitas mereka sering menimbulkan hal hal yang tidak
diinginakan atau bertentangan dengan nilai estetika atau carrying
capacity lingkungan laut.
c) Aktivitas Pembangunan Daratan
Aktivitas pembangunan di daratan
sangat menentukan baik buruknya kesehatan terumbu karang. Aktivitas pembangunan
yang tidak direncanakan dengan baik di daerah pantai akan menimbulkan dampak
terhadap ekosistem terumbu karang. Beberapa aktivitas seperti pembukaan hutan
mangrove, penebangan hutan, intensifikasi pertanian, bersama-saa dengan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) yang jelek umumnya akan meningkatkan
kekeruhan dan sedimentasi di daerah terumbu karang.
d) Aktivitas Pembangunan di Laut
Aktivitas pembangunan di laut,
seperti pembangunan darmaga pelabuhan, pengeboran minyak, penambangan karang,
pengambilan pasir dan pengambilan karang dan kerang untuk cinderamata secara
langsung maupun tidak langsung akan memebahayakan kehidupan terumbu karang.
Konstruksi pier dan pengerukan alur pelayanan menaikkan kekeruhan demikian juga
dengan eksploitasi dan produksi minyak lepas pantai, selain itu tumpahan minyak
tanker juga membahayakan terumbu karang seperti yang terjadi di jalur lintasan
international.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar