Minggu, 22 November 2015

MANAJEMEN KUALITAS AIR



MAKALAH

MANAJEMEN KUALITAS AIR

Oleh :
Ratmin Husain
633414006







              






FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015



KATA PENGANTAR

Rasa syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat  wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan  menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi ummat-Nya.
Dalam dalam penyusunan makalah ini dengan judul “Manajemen Kualitas Air” dapat di selesaikan dengan tepat waktu
saya sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan-Nya tentang manajemen kualitas air  ini. Saran dan kritik yang membangun tetap saya  nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan manusia sendiri.






Gorontalo,  18 November, 2015


Penyusun






BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang (Nugroho, dalam Purnomo Mangku dkk., 2013).
Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik Siahaan dkk., (dalam Purnomo Mangku dkk., 2013).
            Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas  yang sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar Sofia dkk, (dalam Purnomo Mangku dkk., 2013). Beberapa tahun terakhir ini, kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar dalam kondisi tercemar, terutama setelah melewati daerah pemukiman, industri dan pertanian Simon dan Hidayat, (dalam Purnomo Mangku dkk, 2013). Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai Priyambada dkk, (dalam Purnomo Mangku dkk., 2013).
            Suatu sungai dikatakan terjadi penurunan kualitas air, jika air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan status mutu air secara normal. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Penentuan status mutu air dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan Metode Indeks Pencemaran. Indeks Pencemaran (Pollution Index) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai KLH, (dalam Purnomo Mangku dkk., 2013).
Berdasarkan peruntukannya tentunya diharapkan bahwa kualitas air yang ada disungai tersebut masih dalam batas-batas toleransi. Kriteria kualitas air, apakah masih layak untuk dimanfaatkan atau tidak, dalam artian kualitas air di gunakan untuk mengetahui apakah air itu cukup aman untuk dikonsumsi atau dipergunakan untuk kegiatan tertentu Mary Selintung, (dalam Latif 2012).
Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115: Tahun 2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter fisik karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu sedimentasi dan salinitas. (Arianty Gandika dkk, 2012).
Dari pendahulaun di atas maka saya menyusun makalah ini yang membahas tentang manajemen kualitas air secara umum.
1.2 Maksud
            Maksud dari penyususnan makalah ini yaitu untuk mengetahui manajemen kualitas air berupa parameter fisika kimia dan biologi.
1.3 Tujuan
            Agar dapat menambah wawasan baru tentang manajemen kualitas air yang berupa parameter fisika kimia dan biologi .

  

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kualitas Air
            Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya). (Yuliana Emma dkk, 2014)
2.2 Konsep Pengelolaan Kualitas Air
            Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya mengontrol kualitas air sehingga agar tercapai kualitas air kondisi yang diinginkan sesuai dengan peruntukannya, serta untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Dalam kegiatan budidaya perairan, yang dimaksud dengan yang termasuk dalam pengelolaan kualitas air meliputi program kegiatan yang mengarahkan perairan budidaya pada keseimbangan ekosistem perairan dalam suatu wadah yang terbatas, agar tercipta suatu kondisi perairan yang menyerupai habitat alami biota air yang dibudidayakan, baik dari segi sifat, tingkah laku, maupun secara ekologinya. pengelolaan kualitas air kolam dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas air agar layak bagi kehidupan organisme yang dibudidayakan. Dalam hal ini pengelolaan kualitas air dilakukan pada budidaya ikan dan budidaya udang.
  1. Metode yang digunakan harus mengacu pada tujuan pengelolaan air tambak. Secara garis besar tujuan dari kegiatan ini terbagi dalam 3 kelompok yaitu : (a) Menjaga atau mempertahankan kualitas air yang sudah sesuai dengan tolok ukur berlaku berdasarkan pengamatan lapangan maupun teori; (b) Memperbaiki kualitas perairan yang kurang sesuai ke arah yang lebih baik; (c) Mengganti perairan tambak yang dapat membahayakan bagi udang dengan perairan yang baru untuk menciptakan lingkungan perairan yang lebih sesuai dengan kondisi dan kualitas udang.
  2. Metode yang digunakan harus tepat sasaran sesuai dengan parameter yang akan dikelola yaitu kecerahan air, warna air tambak, kondisi fisik air tambak dan kondisi dasar tambak. Parameter tersebut membutuhkan pendekatan metode tersendiri yang tetap mengacu pada keterkaitan satu sama lain.
  3. Metode yang digunakan harus dapat menyentuh akar permasalahan kualitas air yang sebenarnya. Permasalahan kualitas air tambak dapat terjadi antara lain karena :(a) Faktor internal tambak, yaitu permasalahan yang terjadi karena terganggunya salah satu unsur penyusun ekosistem perairan tambak;( b) Faktor eksternal tambak, yaitu permasalahan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari luar tambak seperti perubahan cuaca yang menyebabkan kestabilan perairan terguncang;(c) Faktor treatment error yaitu permasalahan yang terjadi akibat kesalahan perlakuan teknis budidaya
Dasar pertimbangan seperti yang telah diuraikan di atas bertujuan agar penerapan metode yang digunakan dalam pengelolaan kualitas air tambak dapat berjalan efektif dan efisien baik secara teknis budidaya maupun perhitungan finansial. Beberapa metode yang biasa digunakan dalam pengelolaan kualitas air tambak antara lain :
  1. Sirkulasi air
  2. Pemupukan air
  3. Inokulasi air, and
  4. Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan (tidak direkomendasikan).
Pengelolaan kualitas air akan berpengaruh pada biota-biota yang ada di perairan terutamanya saat melakukan budidaya, maka dari itu perlu melakukan pengelolaan kualitas. Dalam pengertian umum. Kualitas air mencakup sifat fisika, kimia dan sifat biologi air, Faktor faktor ini secara bersama dan dinamis membuat kondisi kualitas air berbeda, karena perbedaan salah satu faktor tersebut. Dalam dunia perikanan, kesesuain air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan biota (ikan dan udang), yang umumnya ditentukan oleh hanya beberapa parameter kualitas air saja yang disebut sebagai parameter penentu atau parameter kunci.
beberapa parameter kualitas air, yang merupakan parameter kunci yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan, diantaranya: oksigen terlarut, BOD, CO2 pH, alkalinitas, kesadahan, fosfat terlarut, nitart, nitrit, kecerahan, suhu, Kelimpahan plankton.
Faktor fisika Sinar matahari.
·         sinar matahari yang melewati permukaan air, tidak bisa seluruhnya berpenetrasi langsung kedalam air, dimana sebagian radiasi tersebut dipantulkan kembali ke udara,
·         Besarnya cahaya yang dipantulkan dan diteruskan ke dalam air tergantung pada:
1.      Kekasaran film dari permukaan air
2.      besarnya sudut radiasi matahari.
Semakin halus permukaan air dan semakin kecil sudut radiasi terhadap garis vertikal, semakin besar radiasi yang masuk melalui permukaan air Semakin kasar dan besar sudut radiasi terhadap garis vertikal semakin banyak radiasi yang dipantulkan. Pada air murni ± 53% dari intensitas sinar yang masuk kedalam air hilang dan ditransformasikan kedalam bentuk panas setelah melewati satu meter kedalaman kolam air (Wetzel, 1975).
Perairan alami mengandung partikel tersuspensi meliputi: partikel tanah, partikel bahan organik dan biota renik (plankton yang melayang didalam air ), Pewarnaan air alami, merupakan hasil dari gelombang sinar sinar yang tak terserap ketika memasuki kolam air, Dengan adanya partikel partikel dan jasad renik tersebut maka penetrasi cahaya matahari kedalam air menjadi terhambat. Dengan kata lain kecerahan air menjadi rendah, Penurunan kemampuan air dalam mentrasmisikan sinar karena pengaruh bahan tersuspensi disebut
Turbiditas, Kedalaman air dimana intensitas sinar matahari < 1%
dari intensitas pada permukaan disebut kedalaman komponsasi ( F=R),  Zona diatasnya disebut zona euphotik. Pada kolam yang densitas planktonnya tinggi (eutrop), zone euphotik seringkali kurang dari 1 meter, Kolam dengan kecerahan sangat rendah (kurang dari 40 cm) atau dalam kondisi bloming plankton dapat mengangu kehidupan udang, Penggukuran kecerahan ini paling mudah dilakukan dengan sechi disk, akan tetapi kadang kadang diperlukan data kwantitatif. Wetzel (1975) menyatakan prosentasi
absorpsi sinar matahari pada suatu kedalaman air dapat dihitung dengan
persamaan:
 % absorpsi =  Dimana :
Iz = penetrasi radiasi pada permukaan
Io = Radiasi pada kedalaman Z.
Prosentasi absorpsi awalnya digunakan untuk mempelajari sinar monochromatic, yang dalam perkembangannya diperluas untuk radiasi total. Jumlah penetrasi sinar menuju kedalaman Z dihitung dengan persamaan Lambert:
Iz = Io * e –K*z Atau Ln (Io) – ln (Iz) = K*Z
Dimana :
e = Bilangan natural, 2.718
K = Koefisien penurunan intensitas sinar matahari.
Nilai koefisien penurunan intensitas sinar matahari ini memberikan dugaan yang lebih baik bagi penetrasi sinar pada berbagai kedalaman air. Pengukuran penurunan intensitas sinar matahari pada suatu kedalaman dapat mengunakan alat Underwater light meter.
v  Kecerahan
·         Alat : Piring secchi, tali, alat pengukur panjang
·         Tujuan: Mengetahui sampai kedalaman berapa cahaya
matahari bisa menembus kolam, dan secara tidak langsung untuk penentuan kelimpahan plankton.
·         Cara kerja:
Memasukkan piring secchi kedalam kolam sampai tidak kelihatan, kemudian diangkat hingga piring sechhi kelihatan kembali, dan diukur kedalamannya.
v  Bau dan Warna
Warna air ditentukan oleh warna senyawa atau bahan yang terlarut dan melayang-layang di dalam air, Apabila kecerahan tinggi dan perairan dangkal, warna air di tambak dipengaruhi oleh dasar perairan. Warna air tambak yang coklat dan kekeruhan tinggi kecerahan rendah maka dapat dipastikan bahwa perairan tersebut mengandung banyak partikel partikel tanah. warna hijau sampai hijau tua atau hijau abu abu, makaperairan tambak mengandung banyak plankton. air tambak berwarna kehitam hitaman, dapat diduga kandungan partikel-partikel lumpur organik adalah tinggi.
Bau dari air disebabkan oleh bau senyawa atau meteri dan gas-gas yang terkandung didalamnya. Tambak yang mengandung bahan organik tinggi (sisa pakan, pupuk organik dll) akan menimbulkan bau busuk yang disebabkan proses dekomposisi yang menghasilkan gas sulfida dan fosfor serta amonia. Kondisi air yang berbau busuk karena kandungan gas sulfida dan amonia tidak cocok bagi kehidupan ikan dan dalam dosis yang tinggi bisa menyebabkan
kematian.
v  Suhu dan Stratifikasi Termal.
Air mempunyai kapasitas panas yg tinggi, (energi 1 kalori. untuk memanaskan 1 gram air tiap 1o C) Penyerapan Energi sinar matahari secara
eksponensial berdasarkan kedalaman air, (penyerapan tertinggi terjadi pada kedalaman 1 meter ) kolam ikan dengan bahan organik terlarut (besar) maka
daya serap energi lebih besar dibandingkan dengan air yang jernih. Transfer panas dari lapisan air bagian atas menuju kebawah sangat tergantung pada pencampuran
fisik dengan bantuan arus Suhu berpengaruh terhadap densitas air, suhu, densitas air, masa air. Kecepatan penyerapan panas lebih besar pada permukaan air menyebabkan timbulnya stratifikasi suhu, hal ini terutama terjadi karena perbedaan densitas yang sangat tinggi antara kolam air bagian atas dan
bawah. proses up welling bisa terjadi di tambak, dimana pada saat terjadi hujan deras yang lama, terbentuk lapisan air hujan dingin (bj tinggi) yang bergerak kebawah, diikuti gerakan air yang lebih panas ke atas.
Up welling sangat merugikan, if banyak lumpur di dasar tambak. Proses singking dan up welling ini akan menyebabkan pengadukan dasar perairan, yang menyebabkan terangkatnya ion ion seperti Fe, al, mg yang bersifat oksidatif, sehingga mengurangi okigen dalam air. Kematian masal udang ditambak karena kasus up welling lebih banyak disebabkan karena turunnya oksigen terlarut Untuk menghindari kematian masal akibat upwelling di tambak udang dapat dilakukan dengan mempersempit lokasi lumpur dalam tambak dan melakukan penyiponan untuk membuang lumpur dari dalam tambak.
2.3 Parameter-Parameter Baku Mutu kualitas air
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Baku mutu air adalah ukuran bebas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsure pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air.
Untuk menjaga agar air berada dalam kondisi yang sesuai dengan peruntukannya maka Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Berikut ini akan diuraikan beberapa elemen penting dari baku mutu air serta dampaknya terhadap lingkungan :
a.    pH
Nilai pH yang normal berada antara 6 – 8 pH, air terpolusi berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Buangan yang banyak mengandung asam-asam organic biasanya akan meningkatkan keasaman air. Air buangan industri-industri bahan organic pada umumnya mengandung mengansung asam mineral dalam jumlah yang tinggi, sehingga keasaman juga tinggi atau pH nya rendah. Perubahan keasaman pada air buangan, baik kea rah alkali (pH naik) maupun kea rah asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air. Air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan karat pada besi.
b.    Temperatur
Dalam berbagai proses industri air sering digunakan sebagai medium pendingin. Setelah digunakan air tersbut akan menerima panas dari bahan yang didinginkan lalu dibuang ketempat asalnya. Air buangan ini jelas akan mempunyai temperature yang lebih tinggi dari air asalnya. Kenaikan temperature ini akan berakibat sebagai berikut :
·         Menurunnya oksigen terlarut
·         Meningkatnya kecepatan reaksi kimia
·         Terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya
·         Jika batas temperature yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati
c.    Warna, bau dan Rasa
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent color), yaitu selain adanya bahan-bahan terlarut juga adanya bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfite disebabkan oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organic dan mikroorganisme anaerobic.
Rasa tidak terdapat pada air yang normal. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut dihubungkan dengan bau, karena pengujian terhadap rasa air jarang dilakukan. Bau yang tidak normal pada air juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal.
d.   Kesadahan air
Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air akan menyebabkan sifat kesadahan terhadap air tersebut. Air yang mempunyai tingkat kesadahan pada alat-alat yang terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa sehingga meningkatkan konsumsi sabun yang terlalu tinggi sangat merugikan karena dapat menimbulkan korosi/ karatan dan juga menimbulkan kerak-kerak pada wadah-wadah pengolahan
e.    BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organic yang sebenarnya, tapi hanya mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.
Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap murni. Jika nilai BOD air mencapai 5 ppm maka kemurnian air tersebut diragukan. Buangan industri mempunyai nilai BOD 100 sampai 1.000 ppm Tingginya nilai BOD menjadi masalah ketika oksigen terlarut dalam air sebelumnya sudah terlalu rendah, yang mengakibatkan organisme hidup tidak dapat memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan yang ada di dalam air.
f.     COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah suatu uji untuk menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dokhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organic yang terdapat di dalam air.
g.    DO (Dissolved Oxygen)
DO atau oksigen terlarut merupakan parameter mutu air karena nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran. DO berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tergantung dari jumlah tanaman dan dari atmosfir yang masuk ke dalam air. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan atau hewan yang hidup di air akan mati, sebaliknya konsentrasi oksigen yang terlalu tinggi akan menyebabkan proses pengkaratan semakin cepat karena oksigen akan mengikat hydrogen yang melapisi permukaan logam. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jumlah bervariasi, tergantung dari suhu dan tekanan atmosfir.
h.    Merkuri
Merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu sering mencemari lingkungan. Sebagian besar merkuri yang terdapat di alam dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya. Komponen merkuri banyak terdapat di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia dan biologi yang kompleks.
Pengaruh merkuri bagi kesehatan adalah menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel karena kemampuan merkuri untuk terikat dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul yang terdapat di dalam enzim dan dinding sel. Keadaan ini mengakibatkan aktifitas enzim dan reaksi kimia yang dikatalis oleh enzim di dalam tubuh terhambat. Kerusakan tubuh disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat permanent dan belum dapat disembuhkan.
i.      Timbal
Polusi timbale dapat terjadi di udara, di air maupun di dalam tanah. Timbal banyak digunakan dalam produksi baterai. Daya racun timbale di dalam tubuh adalah penghambatan enzim oleh ion-ion Pb2 Enzim yang diduga dihambat adalah enzim yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Penghambatan tersebut disebabkan terbentuknya ikatan yang kuat antara Pb2+ dengan grup sulfur yang terdapat di dalam asam-asam amino dari enzim tersebut
j.      Radioaktif
Uranium dan produk-produk pemecahannya merupakan salah satu contoh elemen yang
mempunyai inti sangat tidak stabil. Disintegrasi atau pemecahan inti tersebut akan menghasilkan emisi radioaktif yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
Beberapa macam aktifitas yang merupakan sumber potensial pencemaran radioaktif dan berperan dalam polusi lingkungan diantaranya yaitu :
·         Peleburan dan pengolahan logam untuk memproduksi komponen radioaktif
·         Penggunaan bahan radioaktif untuk senjata nuklir
·         Penggunaan bahan radioaktif untuk pembangkit tenaga nuklir
·         Penggunaan bahan radioaktif untuk pengobatan, industri dan penelitian
k.    Arsen
Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toxic. Arsen elemental didapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas. Arsen sudah sejak lama digunakan untuk racun tikus. Keracunan arsen secara akut pada manusia dapat menimbulkan muntaber, disertai dengan darah, disusul dengan koma dan bila dibiarkan dapat menimbulkan kematian. Secara kronis keracunan arsen dapat  menimbulkan anorexia, mual, diare, alergi, dan cacat bawaan.
l.      Barium
Barium (Ba) adalah sejenis metal berwarna putih. Barium digunakan dalam industri gelas, keramik, tekstil, cat, plastic dan lain-lain. Keracunan Ba dapat menghentikan otot-otot jantung dalam waktu 1 jam. Pada fase akhir keracunan biasanya terjadi kelumpuhan urat saraf
m.      Besi
Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe dibutuhkan dalam tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Fe dalam dosis besar dapat menimbulkan kerusakan dinding usus, dan kerusakan dinsing usus ini dapat menimbulkan kematian. Debu Fe juga dapat menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru
n.    Flourida
Flourida (F) adalah senayawa Flour. F adalah halogen yang sangat reaktif, karenanya di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Keracunan F secara kronis menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan terganggu dan gangguan pencernaan yang disertai dehidrasi
o.     Cadmium
Cadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida dan lain-lain. Keracunan Cd secara akut menyebabkan gejala gasterointestinal dan penyakit ginjal dan pada fase lanjut menyebabkan pelunakan dan fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multiple
p.    Khlorida
Khromium (Cr) adalah metal berwarna kelabu dank eras. Cr digunakan dalam industri gelas, metal, fotografi, dan electroplating. Khronium sendiri sebetulnya tidak beracun, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif yang dapat menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lender. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan tulang hidung. Di dalam paru-paru Cr dapat menimbulkan kanker.
q.    Mangan
Mangan (Mn) adalah metal berwarna kelabu kemerah-merahan. Keracunan Mn seringkali bersifat kronis sebagai akibat imhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan urat saraf, insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng (mask)
r. Natrium
Natrium elemental (Na) sangat reaktif, karenanya apabila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium bagi tubuh bukan merupakan benda asing, namun toxitasnya tergantung pada gugus senyawanya. NaOH atau hidroxida sangat korosif, tapi NaCl justru sangat dibutuhkan oleh tubuh
s.     Nitrat, Nitrit
Nitrat dan Nitrit dalam jumlah besar dapat menimbulkan diare campur darah, disusul oleh konvulsi (gerakan yang tidak terkendali pada otot-otot yang menyebabkan kekejangan pada bagian tubuh) disusul koma dan bila tidak ditolong akan menyebabkan kematian
t. Perak
Perak atau Argentum (Ag) adalah metal berwarna putih. Ag didapat pada industri kalloy, keramik, gelas, fotografi, cermin dan cat rambut. Bila masuk kedalam tubuh, Ag akan diakumulasi diberbagai organ dan dapat menimbulkan pigmentasi kelabu yang disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat permanent
u.     Selenium
Selenium adalah logam yang berbau bawang putih, didapat bersama-sama dengan Cu, Au, Ni dan Ag. Dalam dosis besar Selenium akan menyebabkan gejala Gl seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut maka akan terjadi gejala gangguan urat saraf seperti hilangnya reflek-reflek, iritasi cerebral, konvulsi, dan juga dapat terjadi kematian.
v. Seng
Seng (Zn) adalah metal yang didapat pada industri alloy, keramik, kosmetik, pigmen dan karet. Toxitas Zn pada hakekatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum Zn akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menimbulkan muntaber
w. Sianida
Sianida adalah senyawa Sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat proses jaringan pernapasan sehingga terjadi asphyxia, orang seperti tercekik dan cepat diikuti dengan kematian. Secara alami sianida terdapat pada berbagai tumbuhan
x. Sulfat
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro-instestinal bila dicampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare
y. Sulfida
Senyawa sulfide menimbulakn rasa dan bau, bersifat korosif dan irritant. Keracunan sulfide jarang terjadi karena zat ini berbau busuk
z. Tembaga
Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia, tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GL, SSP, Ginjal dan Hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulusi, shock, koma dan dapat juga menyebabkan kematian.
2.4 Limbah
Secara alamiah air tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Ketika uap air mengembun diudara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah dipengaruhi oleh partikel-partikel yang terkandung di udara. Kemudian air bergerak mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya dan melarutkan berbagai jenis batuan yang dilalui atau zat organic lainnya. Dengan demikian kualitas air secara alamiah akan berbeda pada setiap ruang dan waktu yang berlainan. Sumber air secara luas telah dimanfaatkan untuk keperluan air rumah tangga, pertanian, industri, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan lain-lain. Pemanfaatan sumber air selain harus memenuhi kuantitas dan kualitasnya juga harus memenuhi criteria kualitas air sesuai pemanfaatannya (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, (dalam  Lusiana dan Bambang 2012).
pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau  maupun waduk, seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau sebaliknya, pada pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat sehubungan dengan adanya limbah industri, hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri. Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya.
·         Limbah cair tahu
Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi Rossiana, (dalam Ain Churun dkk, 2014 ). Herlambang (dalam Ain Churun dkk, 2014), menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan organik. Salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah makrobenthos, selanjutnya Kawuri  (dalam Ain Churun dkk, 2014 )  menjelaskan bahwa berubahnya kualitas suatu perairan sangat memengaruhi kehidupan biota yang hidup di dasar perairan tersebut diantaranya adalah makrobenthos.
·         Limbah yang dapat menimbulkan dampak bagi pembudidaya
Limbah dapat menimbulkan dampak bagi pembudidaya utamanya pada pembudidaya yang dilakukan dalam sistem budidaya karamba jaring apung dan jaring tancap dalam hal ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan disekitar perairan maupun usaha budidaya itu sendiri. Pencemaran ini dapat berupa pencemaran fisika – kimia khususnya (suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, amoniak dan BOD). Meskipun aspek fisika – kimia ini pernah diteliti, namun para pakar dan pengelola perairan selalu menganjurkan bahwa penelitian pencemaran perairan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan mengingat setiap waktu dapat saja terjadi perubahan lingkungan Dundu dkk, (dalam Rompas Robert, dkk 2013)
Menurut Nastiti dkk , (dalam Rompas Robert, dkk 2013), perkembangan unit karamba jaring apung dan jaring tancap pada areal budidaya yang kurang terkendali telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan perairan. Dampak negatif yang sering ditimbulkan antara lain disebabkan kurang diperhatikannya prinsip-prinsip teknologi dalam budidaya ikan dengan sistem karamba jaring apung dan jaring tancap. Dalam suatu usaha budidaya perikanan, sangat penting untuk dipelajari kondisi kualitas suatu perairan untuk dijadikan indikasi kelayakan suatu perairan untuk budidaya perikanan. Untuk mengelola sumberdaya perikanan yang baik maka salah satu persyaratan yang harus diperhatikan adalah kualitas perairan. Boyd (dalam Rompas Robert, dkk 2013), menyatakan bahwa untuk tumbuhan dan organisme perairan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, organisme tersebut memerlukan persyaratan tertentu dalam habitat hidupnya yaitu kondisi perairan.
Limbah yang dihasilkan ada yang besifat organik dan anorganik seperti dari kegiatan rumah tangga dan kegiatan industri. Kandungan bahan organik yang tinggi akan mempengaruhi tingkat keseimbangan perairan. Menurut Zulkifli et.al,, (dalam Zulfikar Andi dkk, 2013) tingginya kandungan bahan organik akan mempengaruhi kelimpahan organisme, dimana terdapat organisme-organisme tertentu yang tahan terhadap tingginya kandungan bahan organik tersebut, sehingga dominansi oleh spesies tertentu dapat terjadi.
Limbah dari berbagai industri akan menimbulkan berbagai pencemaran dalam perairan, perairan yang tercemar akan mengakibatkan organisme hidup dalam perairan akan terganggu. Pencemaran perairan akan mengakibatkan kematian bagi  organisme dan pula merugikan bagi manusia, berbagai macam limbah yang masuk dalam perairan akan menurunkan kualitas perairan sehingga ekosistem perairan tidak akn stabil seperti sebelumnya, pembangunan industri yang tidak bertanggung jawab akan menimbulkan kerusakan lingkungn, pembangunan industri akn menghasilkan limbah cair yang sngat membahayakan bagi organisme hidup perairan. Air yang selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah, maka sifat air inilah yang di mana selalu ada cat zair yang beracun maupun tidak beracun akan menuju ke sungai, danau, waduk, maupun laut.
2.5  Hubungan Antara Manajemen Kualitas Air Dan Tingkat Pertumbuhan Hidup Manusia.
            Sangat penting untuk mengetahui kualitas air, manusia sangat tergantung pada air dimana air adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Setiap manusia ingin menjadikan dirinya tetap sehat, tapi dengan adanya air yang tercemar maka tidak akan menjamin dirinya sehat. Air yang tercemar akan menimbulkan penyakit dan jika tidak memperhatikan kualitas air maka akan menimbulkan kematian bagi makhluk hidup. Kualitas air yang baik akan meningkatkan pertumbuhan bagi manusia. Kualitas air yang rendah mengharuskan masyarakat membeli air bersih untuk di minum.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari hasil makalah ini maka penyusun dapat menyimpulkan bahwa Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi atau uji kenampakan (bau dan warna). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebagainya)
3.2 Saran
Kualitas air sangat penting dalam kehidupan maka dari itu penyusun menyarankan agar memperhatikan kesehatan air, tidak selamanya air akan mampu menetralisirkan limbah yang masuk dalam perairan, tapi bagaiman caranya kita untuk menetralisir air limbah menjadi aman bagi perairan untuk masuk ke sungi, waduk, danau dan laut.

  
DAFTAR PUSTAKA
Ain Churun Dkk, 2014:Pengaruh Limbah Cair Tahu Terhadap Kelimpahan Makrobenthos Di Sungai Elo Magelang,Universitas Diponegoro, Semarang
Arianty Gandika Dkk, 2012: Karakteristik Dan Kualitas Air Di Muara Sungai Hitam Provinsi Bengkulu Dengan Software Som Toolbox 2,Universitas Bengkulu, Bengkulu
Lusiana Dan Bambang 2012. Penentuan Kualitas Air Tanah Dangkal Dan Arahan Pengelolaan (Studi Kasus Kabupaten Sumenep,Universitas Brawijaya ,Malang
Rompas Robert, dkk 2013:Studi Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa, Paleloan, Tondano
Yuliana Emma Dkk, 2014: Analisa Status Mutu Air Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari, Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur Indonesia
Zulfikar Andi, dkk 2013:Study Of Organic Content To Bakau Shell Abundance (Telescopium Telescopium) In Riau Gulf Tanjungpinang, Fikp Umrah, Riau